Fenomena Banyak Hewan Mati Mendadak, Benarkah Ini Ciri-ciri Kiamat?
Pada awal pergantian 2011, banyak peristiwa kematian hewan secara massal. Bahkan, hingga kini penyebab kematian itu masih belum diketahui meski ada dugaan-dugaan bermunculan.
Terdapat sekitar empat ribu burung hitam mati di Beebe, Arkansas. Sejauh ini, diduga kematian burung itu karena ‘trauma’. Penyebab trauma burung ini masih menjadi misteri. Teori kematian burung-burung ini diduga karena sambaran petir, badai atau stres dari kembang api tahun baru.
Ratusan burung hitam juga jatuh dari langit Lousiana. Burung jatuh dari langit dan puluhan ribu ikan mati di sungai terdengar seperti film Hollywood mengenai kiamat. Terdapat 500 burung hitam bersayap merah ditemukan berjatuhan mati dari langit Lousiana.
"Kematian burung ini bisa disebabkan karena kelaparan, badai, penyakit, pestisida, atau gangguan manusia. Temuan awal mengindikasikan adanya gangguan dan disorientasi di daerah itu," kata direktur konservasi burung Audubon Society Greg Butcher.
Di Italia, kejadian serupa juga terjadi. Dilaporkan terdapat 700 burung mati jatuh dari langit. Bangkai merpati penyu ini tersebar di Faenza dengan noda biru di paruhnya.
Saat itu, pejabat mengatakan noda biru pada paruh burung itu merupakan tanda hipoksia. Insiden serupa terjadi di seluruh dunia dan memunculkan banyak teori. Nampaknya, alien atau ujicoba senjata pemerintah tak bisa disalahkan.
‘Sakit perut parah’ dipersalahkan atas kematian burung di Italia. "Kami yakin burung-burung ini mati karena gangguan pencernaan masif akibat terlalu banyak makan," kata Direktur Eegional Zoological Institute Rodolfo Ridolfi.
Nadia Caselli dari asosiasi burung Italia menguatkan temuan Ridolfi mengingat hati dan ginjal burung mengalami kerusakan. Insiden serupa terjadi di seluruh dunia, di Arkansas terdapat ribuan burung mati dan 100.000 ikan pun mati setelah malam tahun baru.
Selain burung, lebah pun ikut mati. Ilmuwan melacak ‘jatuhnya koloni’ lebah madu itu beberapa tahun terakhir. Mereka menyalahkan penggunaan patogen, pestisida, jamur, stres dan radiasi ponsel sebagai penyebab kematian lebah-lebah ini.
Menurut studi baru yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences, lebah-lebah ini mati karena patogen dan ‘pengurangan keragaman genetik’.
Tak seperti burung dan lebah, kematian massal ikan bukanlah hal biasa. Uji yang dilakukan University of Arkansas menemukan penyebab kematian ikan bukanlah karena polusi. Ikan-ikan ini mati karena ledakan populasi di musim panas. Ledakan populasi itu membuat ikan berkompetisi mencari makan dan hal ini memicu stres.
Sebanyak dua juta ikan ditemukan mati mengambang di Chesapeake Bay Maryland. Kejadian serupa juga terjadi di Selandia Baru dan Brasil. Ahli menduga hal tersebut disebabkan karena cuaca.
Seolah tak cukup dengan ribuan burung mati, lebah dan jutaan ikan jadi bangkai di seluruh dunia pekan lalu. Pesisir Thanet Inggris dibanjiri ribuan bangkai kepiting. BBC menyatakan kejadian ini terjadi selama tiga tahun berturut-turut di mana ribuan kepiting ditemukan mati. Bangkai kepiting renang beludru ini membanjiri garis pesisir Kent, Inggris.
Menurut perkiraan, terdapat 40.000 kepiting mati terdampar di pantai itu. Menurut LiveScience, ahli yakin cuaca dingin merupakan penyebab kematian massal kepiting-kepiting ini. Penelitian beberapa tahun terakhir tak membuahkan hasil, sehinggga kejadian itu tetap menjadi misteri.
Selain itu, kejadian kematian massal hewan terbaru adalah sapi. Sebanyak 200 sapi ditemukan mati pada Jumat lalu di peternakan Portage County, Wisconsin. Namun, pejabat mengatakan tak ada ancaman bagi manusia atau hewan lain.
Sapi mati itu diangkat menggunakan semi-truk dan sisa peternakan dikarantina. Awalnya, pemilik sapi mati dan dokter hewan lokal yakin virus Infectious Rhinotracheitis Bovine (IBR) atau Bovine Virus Diarrhea (BVD) adalah penyebab kematian hewan itu.
WSAW News melaporkan update terbaru menyatakan Pneumonia adalah penyebab kematian massal sapi itu meskipun kasus ini jarang terjadi. Pengujian sedang dilakukan guna menentukan apa penyebabnya.
Fenomena Banyak Hewan Mati Mendadak, Benarkah Ini Ciri-ciri Kiamat?
Pada awal pergantian 2011, banyak peristiwa kematian hewan secara massal. Bahkan, hingga kini penyebab kematian itu masih belum diketahui meski ada dugaan-dugaan bermunculan.
Terdapat sekitar empat ribu burung hitam mati di Beebe, Arkansas. Sejauh ini, diduga kematian burung itu karena ‘trauma’. Penyebab trauma burung ini masih menjadi misteri. Teori kematian burung-burung ini diduga karena sambaran petir, badai atau stres dari kembang api tahun baru.
Ratusan burung hitam juga jatuh dari langit Lousiana. Burung jatuh dari langit dan puluhan ribu ikan mati di sungai terdengar seperti film Hollywood mengenai kiamat. Terdapat 500 burung hitam bersayap merah ditemukan berjatuhan mati dari langit Lousiana.
"Kematian burung ini bisa disebabkan karena kelaparan, badai, penyakit, pestisida, atau gangguan manusia. Temuan awal mengindikasikan adanya gangguan dan disorientasi di daerah itu," kata direktur konservasi burung Audubon Society Greg Butcher.
Di Italia, kejadian serupa juga terjadi. Dilaporkan terdapat 700 burung mati jatuh dari langit. Bangkai merpati penyu ini tersebar di Faenza dengan noda biru di paruhnya.
Saat itu, pejabat mengatakan noda biru pada paruh burung itu merupakan tanda hipoksia. Insiden serupa terjadi di seluruh dunia dan memunculkan banyak teori. Nampaknya, alien atau ujicoba senjata pemerintah tak bisa disalahkan.
‘Sakit perut parah’ dipersalahkan atas kematian burung di Italia. "Kami yakin burung-burung ini mati karena gangguan pencernaan masif akibat terlalu banyak makan," kata Direktur Eegional Zoological Institute Rodolfo Ridolfi.
Nadia Caselli dari asosiasi burung Italia menguatkan temuan Ridolfi mengingat hati dan ginjal burung mengalami kerusakan. Insiden serupa terjadi di seluruh dunia, di Arkansas terdapat ribuan burung mati dan 100.000 ikan pun mati setelah malam tahun baru.
Selain burung, lebah pun ikut mati. Ilmuwan melacak ‘jatuhnya koloni’ lebah madu itu beberapa tahun terakhir. Mereka menyalahkan penggunaan patogen, pestisida, jamur, stres dan radiasi ponsel sebagai penyebab kematian lebah-lebah ini.
Menurut studi baru yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences, lebah-lebah ini mati karena patogen dan ‘pengurangan keragaman genetik’.
Tak seperti burung dan lebah, kematian massal ikan bukanlah hal biasa. Uji yang dilakukan University of Arkansas menemukan penyebab kematian ikan bukanlah karena polusi. Ikan-ikan ini mati karena ledakan populasi di musim panas. Ledakan populasi itu membuat ikan berkompetisi mencari makan dan hal ini memicu stres.
Sebanyak dua juta ikan ditemukan mati mengambang di Chesapeake Bay Maryland. Kejadian serupa juga terjadi di Selandia Baru dan Brasil. Ahli menduga hal tersebut disebabkan karena cuaca.
Seolah tak cukup dengan ribuan burung mati, lebah dan jutaan ikan jadi bangkai di seluruh dunia pekan lalu. Pesisir Thanet Inggris dibanjiri ribuan bangkai kepiting. BBC menyatakan kejadian ini terjadi selama tiga tahun berturut-turut di mana ribuan kepiting ditemukan mati. Bangkai kepiting renang beludru ini membanjiri garis pesisir Kent, Inggris.
Menurut perkiraan, terdapat 40.000 kepiting mati terdampar di pantai itu. Menurut LiveScience, ahli yakin cuaca dingin merupakan penyebab kematian massal kepiting-kepiting ini. Penelitian beberapa tahun terakhir tak membuahkan hasil, sehinggga kejadian itu tetap menjadi misteri.
Selain itu, kejadian kematian massal hewan terbaru adalah sapi. Sebanyak 200 sapi ditemukan mati pada Jumat lalu di peternakan Portage County, Wisconsin. Namun, pejabat mengatakan tak ada ancaman bagi manusia atau hewan lain.
Sapi mati itu diangkat menggunakan semi-truk dan sisa peternakan dikarantina. Awalnya, pemilik sapi mati dan dokter hewan lokal yakin virus Infectious Rhinotracheitis Bovine (IBR) atau Bovine Virus Diarrhea (BVD) adalah penyebab kematian hewan itu.
WSAW News melaporkan update terbaru menyatakan Pneumonia adalah penyebab kematian massal sapi itu meskipun kasus ini jarang terjadi. Pengujian sedang dilakukan guna menentukan apa penyebabnya.